Update 20 Januari 2021
29 November 2020 Steven Jantung Kota
Bandarlampung (Lentera SL): Acara penutupan gelaran The 15th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Community Forum di Lampung, Sabtu (28/11) dihadiri sinematografer kawakan Indonesia, Benny Kadarhariarto. CEO of DSLR Cinematography Indonesia tersebut memang saat ini sedang berada di Lampung dalam rangka Festival Film Mahasiswa Indonesia (FFMI) sebagai juri.
Beliau mengaku sudah empat kali menjuri di Lampung, akan tetapi masih jarang menemukan film-film Lampung yang ‘menarik’ di banyak kompetisi yang meminta beliau menjadi juri.
“Saya tantang Lampung untuk membuat workshop film yang secara intensif membimbing pesertanya dari awal proses ide sampai post-produksi. Ayo kita buat bersama,” ungkap Benny Kadar saat memberikan statement di penutupan 15th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Community Forum di Lampung.
Pada pemutaran hari terakhir dalam gelaran The 15th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Community Forum di Lampung ini, diputarkan lima film dalam program Layar Komunitas 2, satu film dokumenter dalam program JAFF-NETPAC, dan lima film pendek dalam program Light of Asia.
Pada program Layar Komunitas 2 diputarkan film “Petruq” karya sutradara Febri Febrian dari Lombok, “Live” karya sutradara Ruziqu Tajri dari Bandung, “Tanah Bako” karya sutradara Halvika Padma dari Padang, “Krenteg” karya sutradara Marjo KS dari Tegal, dan “Huma Amas” karya M. Al-Fayed dari Samarinda.
Pada program JAFF-NETPAC diputarkan film dokumenter School Town King karya sutradara Wattanapume Laisuwanchal asal Thailand. Dan dalam program penutup Light of Asia, diputarkan film-film pendek dari negara-negara di Asia: “Ngày Trọng Đại (The Big Day)” asal Vietnam; “巨人 (jù rén)”, film animasi asal Singapura; “See You Next Century” asal Malaysia, “Judy Free” asal Filipina, dan “How My Grandmother Became a Chai” asal Libanon.
Nada Bonang selaku Festival Director of 15th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Community Forum di Lampung mengungkapkan bahwa selama tiga hari tersebut, para penggiat dan penikmat film di Lampung sangat antusias dalam mengikuti program-demi program yang telah disiapkan.
“Penonton Lampung cukup banyak yang berminat. Dari delapan program yang kami adakan, lebih dari 200 penonton hadir,” ungkap Nada.
Telah terselenggara pula program pemutaran yang berlangsung pada tanggal 26 dan 27 November 2020, yaitu Layar Komunitas, Asian Prespective, dan Indonesian Film Splash Short serta program tambahan spesial dari Klub Nonton: Sekura: Wajah Sinema Lampung dan The Spirit of East.
Dari masing-masing program tersebut, beberapa film terpilih -dari total ratusan film yang ikut serta dari seluruh penjuru benua Asia- dan ditayangkan dengan kuota terbatas. Jumlah penonton dibatasi 50 orang per filmnya dengan menaati protokol kesehatan COVID-19. (JOSUA)