Update 17 Januari 2021
12 Mei 2016 Ivan A saputra Pendidikan
"Aku terbujur kaku dan beku.
Kini nisan petunjuk di mana aku.
Walau kini lidahku kelu dan kaku.
Kalian jangan diam membisu."
"Apa karena aku gadis bocah desa.
Para binatang boleh memperkosa.
Mereka menyakiti dan menyiksa."
"Ku pergi meninggalkan selaksa asa.
Aku tak dapat berkata-kata.
Tapi pedih cucuran air mata.
Luka dan sakit adalah derita.
Tak cukupkah ini sebagai cerita."
Dengan balutan wajah sedih, Berti Soraya, Wakil Sekjen Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) membacakan puisi "Jeritan M". Puisi yang dia tulis sendiri itu menggambar duka dan simpati yang mendalam atas kekejian seksual yang dialami bocah perempuan di Lampung Timur.
Jeritan Berti sesungguhnya adalah jeritan si bocah kecil yang tersakiti itu. Jeritannya menggema di gelap malam dalam taburan seribu lilin di Lapangan Sribhawano, Rabu (11/5) kemarin.
Usai membacakan puisi, Berti mengungkapkan bahwa puisi tersebut adalah puisi pertama yang dibuat selama hidupnya sebagai ungkapan kesedihan hati seorang ibu.
Sebagai seorang ibu, dia mengaku bisa merasakan betapa sedihnya hati ibunda M melihat kenyataan harus kehilangan anaknya dengan cara seperti itu.
Dia pun berharap, kasus M adalah yang terakhir dan tidak boleh terulang kembali. (iwp)