Update 17 Januari 2021
24 April 2016 Ivan A saputra Hukum dan Kriminal
Foto: Ardiansyah
Bandarlampung (Lentera SL): Polresta Bandarlampung menggelar perkara Rahmat, salah seorang pelaku dari kawanan spesialis pencurian kendaraan bermotor (curanmor), yang sudah 6 kali menggasak motor warga kota. Polisi terpaksa menembak kaki pemuda 22 tahun ini karena melakukan perlawanan.
Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandarlampung, Kompol Dery Agung Wijaya, Tim Khusus Anti Bandit (Tekab) 308 meringkus warga Tanjungkarang Timur itu pada Selasa (19/4) lalu, di depan SPBU Bypass, Kedaton. Pada saat itu tersangka diketahui sedang menunggu rekannya untuk melancarkan aksi. Saat akan ditangkap tanpa diduga Rahmat menabrakan motornya ke arah petugas. "Kita terpaksa melumpuhkan dengan tembakan di kaki," kata Dery kepada wartawan, Minggu (24/4).
Ditambahkannya, Rahmat merupakan bagian dari Kelompok Pesawaran yang kerap melakukan curanmor di Bandarlampung. Atas penangkapan ini polisi menyita satu unit sepeda motor Yamaha Vixion BE 1218 KA yang merupakan sepeda motor hasil curian.
Saat melakukan aksinya, imbuh Dery, tersangka Rahmat selalu bergerak bersama ketiga rekannya yang saat ini masih buron (DPO). "Selama kurun waktu dua bulan beroperasi, komplotan ini sudah enam kali mencuri sepeda motor di Kota Bandarlampung," katanya. Keenam kendaraan hasil operasinya di daerah Telukbetung, Kedaton, Rajabasa, Tanjungkarang Barat dan Sukarame.
"Rahmat Cs ini beraksi pada malam hari dan menjelang subuh. Sasarannya motor yang terparkir di pinggir jalan, di warnet dan halaman depan rumah. Mereka biasa merusak kunci stang dengan menggunakan kunci leter T," ujarnya, seraya menambahkan, setiap kali beraksi tiap anggota komplotan berbagi peran. Ada yang mengawasi situasi, bertindak selaku eksekutor dan ada yang mendapat peran menjual motor hasil curian.
Sementara dari pengakuan tersangka Rahmat, saat beraksi perannya membonceng temannya untuk mencari target sasaran sembari mengawasi situasi lokasi. "Untuk ketiga tersangka lain masing-masing sebagai eksekutor dan membawa motor hasil curian, identitasnya sudah kami kantongi. Saat ini masih dalam pengejaran petugas,"terangnya.
Hal itu dibenarkan Rahmat saat memberi keterangan di hadapan awak media. "Peran saya cuma sebagai joki dan membonceng teman saat mencari sasaran motor yang akan dicuri," kata Rahmat yang mengaku ikut terlibat karena tidak memiliki mata pencarian. Dia menambahkan, motor hasil curian dijual ke daerah Pesawaran dengan harga bervariasi mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Kemudian hasilnya dibagi dan dirinya memperoleh jatah Rp 500 ribu per motor. (Ardiansyah)