Update 15 April 2021
01 Februari 2016 Ivan A saputra Traveling
Teluk Kiluan sudah menjadi buah bibir di kalangan traveller lokal maupun mancanegara. Bukan hanya karena panorama alamnya yang menakjubkan, destinasi wisata yang berada di Pekon Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus ini, juga memiliki ‘sihir’ tersendiri. Migrasi lumba-lumba terbesar di Indonesia ada di tempat ‘tersembunyi’ ini!
Bagi para pelancong yang ingin menjejakkan kaki di Teluk Kiluan kini bisa bernafas lega. Jika sebelumnya jarak tempuh dari Kota Bandarlampung yang relatif jauh mencapai 80 kilometer lebih atau sekitar 3 sampai 4 jam waktu perjalanan lantaran kondisi jalan yang rusak, kini jarak tempuh hanya memakan waktu sekitar 2,5 jam.
Perjalanan pun bakal mengasyikan dengan pemandangan hutan dan tepian pantai serta pemukiman penduduk yang masih menggunakan rumah panggung khas Lampung. Keistimewaan pun bakal terbayar lunas saat kaki menjejak di Teluk Kiluan. Suasana khas pedesaan nelayan bakal langsung menyambut. Di sana hanya ada beberapa rumah warga. Begitu pun dengan jumlah home stay yang tersedia, tidak banyak. Jangan berharap bisa mendapat fasilitas lebih. Listrik pun seadanya, sedangkan air di kamar mandi masih menggunakan air payau. Semua fasilitas alakadarnya itu dijamin bakal segera terlupakan, saat menengok ke depan kamar home stay. Seluas mata memandang hamparan lautan membentang seraya diselingi jajaran gunung dan bukit di kejauhan. Belum lagi deburan ombak yang seolah menyajikan ritme suara alam, makin membikin senyum terkembang lebar menyaksikan kuasa Tuhan melalui ciptaan pemandangan indah ini. Tarif untuk menikmati keindahan home stay pun dibandrol dengan harga yang cukup terjangkau, yakni Rp 300 ribu per malam.
Selain Teluk Kiluan, wisatawan yang sudah di sana jangan sampai melewatkan menyicipi segarnya Pantai Laguna. Dari home stay di Kiluan biasanya para traveller harus menempuh waktu perjalanan sekitar 45 menit dengan berjalan kaki untuk bisa sampai ke Laguna di pinggir pantai. Rute menuju lokasi Laguna memang terbilang mendaki dan dibalas dengan turunan terjal. Belum lagi pengunjung harus menapaki karang besar, untuk kemudian baru bersua dengan laguna yang menawarkan air super bening. Jika bertandang pada sore hari, sunset dengan warna jingga keemasan pun bakal jadi spot terbaik untuk dijadikan obyek memotret.
Sedangkan untuk melihat atraksi hewan mamalia lumba-lumba yang dikenal bersahabat dengan manusia, para pelancong harus bangun sekitar pukul 05.30 WIB. Dengan merogoh kocek Rp 300 ribu sebuah kapal motor (jukung) akan mengantarkan ke lokasi yang biasa dilintasi kawanan lumba-lumba. Jukung yang dibuat lancip pada ujungnya hanya bisa dinaiki 3 orang plus 1 orang pengemudi. Jukung akan membawa para pelancong menuju tengah samudera yang sudah ditetapkan spotnya oleh ‘juru parkir’ di sana.
Atraksi lumba-lumba yang bakal disaksikan diklaim berbeda dengan atraksi lumba-lumba di Pantai Lovina, Bali. Sebab di sini kawanan lumba-lumba dapat muncul setiap hari dan bisa disaksikan dengan mata telanjang dari jarak super dekat. Setidaknya ada dua jenis lumba-lumba yang melintas setiap pagi. Pertama lumba-lumba hidung botol (Tursiops Truncatus) yang bercirikan badan lebih besar, berwarna abu-abu, dan pemalu. Spesies kedua adalah lumba-lumba paruh panjang (Stenella Longirostris) dengan tubuh lebih kecil dan senang melompat. Selama 2 jam wisatawan bakal dimanjakan dengan ‘tarian’ lumba-lumba
Biasanya, usai menikmati wisata alam ‘tarian lumba-lumba’ kendaraan jukung bakal membawa wisatawan ke Pulau Kiluan dengan pasir putih sepanjang 1 kilometer. Airnya yang jernih dan ombak yang tenang pastinya mengajak para wisatawan untuk segera menyatu dengan laut. (El Shinta)